Yayasan Mitra Hijau bekerjasama dengan Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB), Jumat lalu, 11 Januari 2019, mengadakan Focus Group Discussion dengan tema aliansi pembangunan rendah karbon di Indonesia. FGD ini dihadiri 22 peserta dari berbagai lembaga seperti Koaksi, Asosiasi Energi Surya, Hijauku, Thamrin School, CPROCCOM dan lain-lain.
FGD diawali dengan presentasi dari Dr. Doddy Sukadri, Direktur Eksekutif YMH, yang menyampaikan kecenderungan sumber utama emisi gas rumah kaca di Indonesia yang tengah bergeser dari sektor kehutanan ke sektor energi. Kecenderungan ini membuat penting adanya perhatian lebih kepada upaya-upaya penurunan emisi di sektor energi. Mengingat konsumsi energi Indonesia masih terus berkembang sejalan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, penerapan prinsip pembangunan rendah emisi di sektor energi harus menjadi prioritas bila Indonesia ingin menurunkan emisi GRK-nya sebagaimana janjinya kepada dunia melalui Persetujuan Paris dan UNFCCC.
Sebagai lembaga yang berfokus mempromosikan pola pembangunan rendah emisi, YMH bermaksud untuk membentuk aliansi pembangunan rendah emisi di Indonesia. Aliansi ini dibangun dengan maksud untuk menjadi media tukar menukar informasi dan kerjasama dalam penurunan emisi dan kegiatan LEDS di Indonesia, membantu pemerintah dengan berperan aktif dalam kegiatan penurunan emisi, dan memfasilitasi kerjasama dalam kegiatan penurunan emisi GRK di Indonesia. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan YMH pada bulan Desember 2018, sebagian besar responden memandang perlu adanya aliansi untuk pembangunan rendah emisi di Indonesia dan bersedia bergabung bila aliansi tersebut telah dibentuk.
Dalam sesi diskusi, para peserta FGD sepakat bahwa sangat perlu untuk dibentuk aliansi multipihak untuk pembangunan rendah emisi khususnya dengan sektor energi sebagai fokus pertama. Ini karena adanya pertumbuhan penduduk dan PDB yang terus meningkat, maka sektor energi dan transportasi akan meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan sektor kehutanan dan gambut. Menurut perhitungan NDC, bila tidak dilakukan tindakan apa-apa atau BAU (business as usual), emisi GRK dari sektor energi pada tahun 2030 akan mencapai 1669 juta ton setara CO2, sementara pada tahun yang sama emisi dari sektor kehutanan dan gambut hanya mencapai 714 juta ton.
Namun demikian, peserta FGD memandang perlu adanya penajaman lebih lanjut mengenai bentuk aliansi, tujuan dan kegiatannya. Beberapa usulan terkait hal ini telah disampaikan, antara lain mengenai bentuk aliansi sebagai jejaring ataupun sebagai koalisi yang lebih spesifik. Beberapa harapan mengenai aktivitas aliansi juga diidentifikasi dalam FGD ini antara lain dalam diseminasi informasi, peningkatan kapasitas, advokasi dan think-tank.
Pertemuan pertama ini akan ditindaklanjuti dengan pertemuan kedua sebelum rencana peluncuran aliansi di tanggal 19 Februari 2019 bersamaan dengan rencana kehadiran Christiana Figueres, mantan Sekretaris Eksekutif UNFCCC, di Indonesia. Pasca peluncuran tersebut, aliansi ini diharapkan akan dapat menyuarakan aspirasi pembangunan rendah emisi dengan lebih baik dan memperkuat dorongan untuk berpindah ke jalur pembangunan yang rendah emisi di Indonesia.